Banyak investor saham cenderung menjadikan likuiditas sebagai salah satu syarat dalam memilih saham. Berbagai literatur yang tersedia, bersama dengan nasihat banyak orang di luar sana, mengajarkan investor untuk memilih saham yang likuid. Saham-saham ini dianggap lebih aman karena memungkinkan mereka untuk keluar dari posisi dengan cepat jika dibutuhkan, terutama saat kondisi pasar berubah.

Namun, hal ini seringkali membuat investor mengabaikan saham yang tidak likuid, meskipun saham tersebut memiliki fundamental yang kuat dan potensi pertumbuhan yang besar. Menghindari saham yang tidak likuid bisa membuat investor kehilangan peluang dari saham yang undervalued atau berpotensi tinggi tetapi kurang diminati di pasar.

 

ilustrasi kios likuid vs tidak likuid

ilustrasi kios likuid vs tidak likuid

 

Tertarik untuk menjelajahi potensi investasi pada saham yang menjanjikan, meskipun tidak likuid? Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita simak bersama apa yang dimaksud dengan likuiditas saham dan perannya dalam membentuk strategi investasi yang diadopsi oleh banyak investor.

 

Sekilas Tentang Likuiditas Saham

Likuiditas saham adalah ukuran seberapa cepat dan efisien suatu saham dapat diperdagangkan di pasar tanpa menyebabkan perubahan signifikan pada harga. Likuiditas tinggi menunjukkan bahwa investor dapat melakukan transaksi setiap waktu tanpa kendala, sehingga memungkinkan perdagangan dilakukan dengan mudah dan cepat. Sebaliknya, saham dengan likuiditas rendah cenderung memiliki volume perdagangan yang rendah, yang menyulitkan investor dalam membeli atau menjual tanpa mengalami perubahan harga yang besar.

Volume perdagangan harian rata-rata adalah ukuran utama untuk menilai likuiditas saham. Saham dianggap memiliki likuiditas tinggi jika rata-rata volume perdagangan harian di atas Rp 1 miliar atau sekitar 1.000 hingga 2.000 transaksi; saham dengan volume di bawah angka tersebut dianggap memiliki likuiditas rendah.

Dengan demikian, likuiditas saham tidak hanya mencerminkan dinamika pasar, tetapi juga menjadi indikator penting atas kesehatan dan daya tarik perusahaan di mata investor. Pemahaman ini mengarahkan kita pada pertanyaan berikutnya: faktor-faktor apa saja yang sebenarnya berperan dalam menentukan tingkat likuiditas suatu saham?

 

Faktor Pendukung Likuiditas Saham

Saham dari perusahaan besar dengan kapitalisasi tinggi menjadi magnet bagi banyak orang, menarik perhatian berkat stabilitas yang mereka tawarkan. Namun, tidak hanya itu; kebijakan dividen yang konsisten juga memainkan peran penting. Bayangkan, ketika seorang investor melihat bahwa sebuah saham memberikan kepastian dan imbal hasil yang menarik, rasa percaya diri untuk berinvestasi pun meningkat.

Selanjutnya, ketika proporsi saham yang dimiliki oleh masyarakat semakin besar, fenomena menarik lainnya pun terjadi: volume perdagangan harian meningkat. Masyarakat yang aktif berdagang menciptakan dinamika pasar yang lebih hidup, berbanding terbalik dengan pemegang saham institusi yang lebih cenderung stabil dan tenang. Di tengah ketidakpastian, minat dari investor ritel menjadi vital, terutama ketika saham-saham ini mudah diakses melalui platform investasi modern.

Tidak kalah penting, saham yang masuk ke dalam indeks populer sering kali menjadi pilihan utama. Investor lebih memilih untuk fokus pada daftar yang sudah teruji ini, karena lebih praktis daripada harus menyelami ratusan kode saham yang ada di bursa.

Terakhir, tidak bisa dipungkiri bahwa eksposur media dan popularitas saham memiliki kekuatan tersendiri. Pemberitaan dan rekomendasi analis bukan hanya membentuk persepsi, tetapi juga mempengaruhi keputusan investasi, mendorong peningkatan volume perdagangan yang pada akhirnya memperbesar likuiditas.

Uraian di atas memberikan gambaran tentang alasan mengapa sekelompok saham menjadi likuid. Sekarang, mari kita lihat apa yang menyebabkan saham menjadi tidak likuid.

 

Faktor di Balik Rendahnya Likuiditas Saham

Saham perusahaan kecil dengan kapitalisasi pasar rendah cenderung memiliki volume perdagangan harian yang rendah, sehingga likuiditasnya juga terbatas. Selain itu, perusahaan yang kurang dikenal atau memiliki kinerja keuangan yang lemah sering kali menarik minat investor yang rendah, yang selanjutnya mengurangi likuiditas saham.

Jika sebagian besar saham dimiliki oleh pemegang mayoritas yang jarang melakukan transaksi, likuiditas saham tersebut bisa sangat rendah.

Ketika sebuah perusahaan menghadapi masalah, baik terkait manajemen, hukum, atau keuangan, minat investor dapat menurun drastis, yang pada akhirnya berpengaruh negatif terhadap likuiditas saham.

Selain itu, perusahaan dalam sektor tertentu dapat terpengaruh oleh regulasi pemerintah yang ketat atau kebijakan industri yang tidak menguntungkan. Misalnya, pengaruh kebijakan fiskal atau lingkungan yang ketat dapat meningkatkan risiko bagi perusahaan, sehingga menurunkan likuiditas saham mereka.

Terakhir, peristiwa tidak terduga, seperti kebakaran pabrik, bencana alam, atau penarikan produk karena cacat, dapat dengan cepat menurunkan minat investor. Contohnya, jika sebuah perusahaan otomotif besar mengalami penarikan produk massal akibat kegagalan komponen penting, investor akan melihat hal ini sebagai risiko besar. Akibatnya, harga saham dapat turun drastis, dan likuiditas saham pun tertekan karena tidak banyak investor yang bersedia membeli.

Selain faktor alami yang memengaruhi likuiditas saham, terdapat pula faktor buatan yang dapat memicu spekulasi di kalangan investor.

 

Faktor Manipulasi dan Spekulasi

Manipulasi dan spekulasi memainkan peran besar dalam peningkatan likuiditas saham, terutama ketika harga didorong oleh faktor-faktor di luar fundamental perusahaan perusahaan. Salah satu contohnya adalah saham penny stocks, yang sering kali menjadi target manipulasi pihak-pihak tertentu yang ingin menaikkan harga secara artifisial sebelum melakukan aksi jual besar-besaran.

Likuiditas saham juga dapat terlihat tinggi karena aktivitas insider trading, di mana informasi rahasia dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga.

Selain itu, lonjakan likuiditas sering kali terjadi setelah penyebaran informasi yang tidak akurat, seperti berita palsu tentang teknologi baru atau penemuan signifikan, yang sengaja dirancang untuk mendorong kenaikan harga sementara.

Aksi "goreng saham" oleh sekelompok individu atau bandar juga dapat menciptakan ilusi permintaan yang tinggi, sehingga saham tampak sangat likuid.

Likuiditas juga dapat melonjak ketika muncul berita atau rumor terkait akuisisi, merger, atau kemitraan strategis yang belum terkonfirmasi. Spekulasi seperti ini sering kali memicu antusiasme investor, meskipun informasi tersebut belum tentu akurat atau akan terealisasi dalam waktu dekat.

Di sisi lain, saham dengan volatilitas tinggi kadang menjadi likuid bukan karena fundamental perusahaan perusahaan, tetapi karena spekulasi atau aksi "bandwagon" dari para pedagang harian.

Likuiditas saham juga dapat meningkat secara tiba-tiba ketika terjadi aksi pembelian besar oleh investor institusi yang bertujuan taktis tanpa mempertimbangkan prospek jangka panjang perusahaan.

Secara sekilas, saham likuid memang menawarkan lebih banyak keamanan dan menciptakan kondisi di mana mayoritas investor dapat melakukan kontrol secara bersama-sama. Namun demikian anda harus berhati-hati karena saham dapat menjadi liquid untuk sementara; ada kalanya sebuah saham tampak likuid, tetapi bisa dengan cepat kehilangan likuiditasnya. Lalu, bagaimana cara memilah faktor-faktor yang memengaruhi likuiditas ini, antara yang bersifat sementara dan yang berorientasi pada jangka panjang?

 

Dampak Spekulasi dan Fundamental dalam Rentang Waktu

Faktor yang mempengaruhi likuiditas saham terbagi menjadi dua kategori utama: faktor spekulasi dan faktor fundamental.

Faktor spekulasi mencakup sentimen pasar, berita dan rumor, serta popularitas, termasuk manipulasi pasar, yang semuanya dapat menyebabkan fluktuasi likuiditas dalam jangka pendek.

Di sisi lain, faktor fundamental berfokus pada kinerja keuangan, stabilitas bisnis, reputasi, dan manajemen perusahaan, yang memberikan gambaran lebih jelas tentang nilai intrinsik saham.

Kedua kategori ini saling berinteraksi; sementara faktor spekulasi dapat memicu perubahan likuiditas yang cepat, faktor fundamental menentukan ketahanan dan keberlanjutan likuiditas dalam jangka panjang.

Setelah memahami kategori yang mempengaruhi likuiditas, penting untuk menganalisis alasan di balik lonjakan likuiditas sebelum berinvestasi—apakah kenaikan ini berkaitan erat dengan fundamental perusahaan atau hanya spekulasi semata.

Beberapa alasan yang berkaitan dengan fundamental perusahaan antara lain adalah penerbitan laporan keuangan terbaru yang menunjukkan peningkatan laba dan kegiatan public expose yang memberikan update terkait rencana bisnis. Selain itu, peluncuran produk baru untuk meningkatkan pangsa pasar juga dapat menjadi sinyal positif.

Perusahaan dapat melakukan kerja sama strategis untuk memperluas akses pasar, membuka cabang atau pabrik baru sebagai tanda ekspansi, atau menunjuk CEO baru dengan rekam jejak yang berpengalaman.

Langkah lainnya bisa berupa keputusan untuk mengakuisisi perusahaan lain demi sinergi, atau memanfaatkan perubahan kebijakan pemerintah yang mendukung industri utama mereka, seperti insentif pajak atau subsidi.

Selain alasan yang berkaitan dengan fundamental, beberapa alasan berikut berkaitan dengan spekulasi.

Contohnya meliputi adanya rumor bahwa perusahaan akan diakuisisi oleh perusahaan besar, rekomendasi yang dikeluarkan oleh analis atau influencer keuangan yang mendorong investor untuk membeli atau menjual saham tertentu, serta berita tentang pencapaian kecil atau tidak signifikan yang disampaikan dengan bahasa yang berlebihan untuk menciptakan kesan positif yang tidak sebanding dengan realitas.

Selain itu, pengumuman rencana ekspansi ke dalam industri baru yang tidak terkait dengan aktivitas utama perusahaan juga dapat menjadi sinyal spekulasi yang perlu diperhatikan.

Dengan memahami apakah likuiditas yang meningkat pada suatu saham didorong oleh faktor fundamental atau sekadar spekulasi, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak. Pengetahuan ini membantu menentukan apakah saham tersebut layak untuk dibeli dalam jangka pendek atau jangka panjang, mempertimbangkan waktu terbaik untuk masuk atau keluar, dan menyesuaikan strategi investasi dengan lebih tepat berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi yang ingin dicapai.

 

ilustrasi gerobak likuid vs tidak likuid

ilustrasi gerobak likuid vs tidak likuid

 

Sejauh ini, kita telah mendapatkan gambaran luas tentang likuiditas saham. Meskipun likuiditas sering menjadi pertimbangan utama bagi banyak investor, membatasi pilihan hanya pada saham yang likuid dapat membuat seseorang melewatkan peluang investasi yang menjanjikan.

 

Melampaui Likuiditas

Bagi mereka yang baru mengenal dunia saham, wajar jika merasa kesulitan memilih saham untuk dibeli di antara ratusan emiten yang terdaftar di bursa. Hal ini tentu bisa menjadi tantangan tersendiri.

Oleh karena itu, likuiditas dapat digunakan sebagai salah satu kriteria dalam pemilihan saham. Memulai pilihan dari indeks-indeks populer, yang biasanya memiliki likuiditas tinggi, bisa menjadi langkah bijak.

Seiring berkembangnya pemahaman dalam analisis fundamental, mulailah mengeksplorasi saham-saham di luar indeks populer.

Gunakanlah rasio finansial sebagai alat penyaringan awal yang mudah dan praktis, untuk menyaring saham berdasarkan kriteria yang diinginkan. Dari hasil penyaringan tersebut, lanjutkan dengan melakukan analisis fundamental yang lebih mendalam.

Jika menemukan saham dengan fundamental yang solid dan pertumbuhan yang menjanjikan, jangan ragu untuk mempertimbangkannya. Potensi menarik ini bisa menjadi kesempatan investasi yang menguntungkan.

Bila saham tersebut memiliki likuiditas tinggi, itu menjadi nilai tambah. Namun, jika likuiditasnya rendah, mungkin saja ini merupakan saham berpotensi tinggi yang belum banyak dikenal.

Ada dua pilihan yang dapat dipertimbangkan ketika menghadapi saham dengan likuiditas rendah: menunggu hingga saham tersebut mendapatkan perhatian lebih luas sehingga likuiditasnya meningkat, atau mengambil posisi lebih awal dengan harapan akan terjadi lonjakan permintaan di masa mendatang.

Pilihan pertama lebih aman, terutama bagi yang ingin menghindari risiko tinggi dan membutuhkan fleksibilitas dalam menjual saham sewaktu-waktu. Di sisi lain, pilihan kedua menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar, tetapi juga membawa risiko lebih tinggi karena harga saham dengan likuiditas rendah cenderung lebih fluktuatif. Kedua strategi ini dapat disesuaikan dengan profil risiko serta keyakinan terhadap prospek jangka panjang saham tersebut.

Keputusan untuk masuk lebih awal pada saham dengan likuiditas rendah memerlukan pertimbangan matang. Selain kesiapan untuk menghadapi volatilitas harga yang tinggi, penting juga memahami risiko sulitnya menjual saham saat dibutuhkan. Oleh karena itu, sangat penting memiliki pemahaman mendalam tentang kinerja dan prospek perusahaan sebelum mengambil posisi. Strategi jangka panjang juga perlu dipersiapkan, termasuk toleransi terhadap fluktuasi harga jangka pendek.

Jika perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan potensi industri yang menjanjikan, kepemilikan saham dengan likuiditas rendah dapat menjadi langkah menguntungkan ketika permintaan mulai naik dan harga bergerak ke level yang lebih tinggi.

Namun, penting diingat bahwa perubahan likuiditas ini bisa memakan waktu cukup lama—bahkan bertahun-tahun—tergantung pada kecepatan pertumbuhan perusahaan dan seberapa cepat pasar mulai memperhatikannya. Meski penuh risiko, bagi yang siap berinvestasi lebih awal, saham-saham ini bisa memberikan hasil yang signifikan seiring dengan meningkatnya perhatian pasar dan likuiditas di masa mendatang.