Masih bingung ingin membeli saham dengan harga di bawah Rp 100, di bawah Rp 1.000, di bawah Rp 10.000, atau di atas harga Rp 10.000? Yuk cari jawabannya dalam artikel berikut ini.

 

Persepsi yang Keliru Tentang Harga Saham

Ada begitu banyak perusahaan yang sudah go public dan memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Saham mereka diperdagangkan dalam rentang harga antara puluhan, ratusan, ribuan, hingga puluhan ribu per lembar sahamnya.

Bagi investor ritel dengan modal kecil dan investor awal, mereka cenderung memilih saham dengan harga puluhan atau ratusan rupiah saja.

Banyak investor mula-mula yang memiliki anggapan bahwa semakin tinggi harga yang ditawarkan, maka sahamnya semakin mahal — dan ada pula investor yang telah berbulan-bulan bertransaksi di Bursa masih memiliki persepsi yang sama.

Mayoritas dari mereka melakukan pembelian dan penjualan saham berdasarkan grafik atau naik turunnya harga semata.

Dan seringkali mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang membeli saham yang mahal walaupun harganya hanya puluhan atau ratusan rupiah saja per lembarnya.

Kenyataannya harga saham tidak menentukan murah atau mahalnya suatu saham.

 

Lalu bagaimana caranya kita dapat menilai suatu saham murah atau mahal?

Karena saham adalah representasi dari kepemilikan atas perusahaan, terlebih dahulu kita akan melihat apa yang membuat orang tertarik untuk menjadi bagian dalam kepemilikan sebuah perusahaan.

 

Laba Adalah Tujuan Utama

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba.

Laba membuat perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

Perusahaan dapat menggunakan laba yang diperoleh untuk melunasi hutang-hutangnya, mengembangkan usaha ataupun dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Apabila perolehan laba lebih banyak digunakan untuk mengembangkan usaha, maka semakin besar laba yang diperoleh, akan semakin tinggi nilai perusahaan di masa depan.

Dan apabila perolehan laba lebih banyak dibagikan dalam bentuk dividen, maka semakin besar laba perusahaan akan semakin besar pula dividen yang dapat diterima oleh para pemegang saham.

 

Lalu bagaimana korelasi antara laba perusahaan dengan harga saham?

Ada satu rasio finansial yang paling terkenal dan wajib diketahui oleh setiap orang yang ingin berinvestasi dalam saham.

Rasio tersebut adalah P/E (dibaca: Price to Earning Ratio), yang menghubungkan antara harga saham dengan laba perusahaan.

Saat ini kita dapat dengan mudah mencari informasi nilai P/E suatu saham di internet. Namun ada baiknya bila kita mengetahui bagaimana cara P/E dihitung agar dapat melakukan analisa nilai P/E dengan cara yang lebih baik.

 

Cara Menghitung P/E

Nilai P/E dihitung berdasarkan rumus: harga saham dibagi dengan laba bersih perusahaan untuk setiap 1 lembar saham.

Nilai laba bersih perusahaan per lembar saham dapat ditemukan pada laporan keuangan perusahaan baik tahunan maupun per kuartal dalam istilah (EPS / Earnings per Share).

Yang perlu diperhatikan saat melihat nilai EPS adalah jumlah saham beredar saat laporan keuangan diterbitkan, dan laba bersih perusahaan yang dilaporkan saat itu.

Untuk laporan keuangan tahunan, nilai EPS yang tertera dapat langsung dihitung ke dalam rumus P/E. Untuk laporan keuangan kuartal, nilai EPS yang tertera merupakan pencapaian laba bersih per lembar saham dari awal tahun hingga laporan keuangan diterbitkan, sehingga anda perlu melakukan estimasi, berapa kira-kira nilai EPS yang akan dicapai pada akhir tahun.

Umumnya nilai P/E yang diinformasikan atau dibagikan di internet berdasarkan laba pada laporan akhir tahun terakhir.

Hal ini dikarenakan untuk laba pada akhir tahun berjalan masih belum dapat diketahui dan bersifat spekulasi.

Walaupun cara menghitung P/E terbilang mudah, ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu sumber dari laba bersih.

 

Laba yang Sesungguhnya

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya komponen utama dari laporan keuangan untuk menentukan P/E adalah laba bersih.

Untuk menghasilkan laba bersih perusahaan memperoleh laba dari berbagai sumber yaitu laba dari aktivitas operasional dan laba di luar aktivitas operasional.

Aktivitas operasional perusahaan adalah segala aktivitas utama yang berhubungan langsung dengan bidang usaha perusahaan.

Laba dari aktivitas operasional adalah nilai paling utama dalam menentukan kualitas nilai P/E, karena nilai ini diharapkan akan terus ada selama perusahaan masih beroperasi.

Sedangkan laba di luar aktivitas operasional misalnya keuntungan atas penjualan aset perusahaan, keuntungan atas investasi yang dilakukan perusahaan, dll, hanya terjadi sesekali waktu saja.

Laba yang besar dari aktivitas yang terjadi sesekali waktu dapat menyebabkan melambungnya nilai laba bersih — akibatnya P/E mengecil, dan saham pun menjadi under value.

Dengan kondisi seperti ini besar kemungkinan laba bersih perusahaan di masa datang nilainya akan kembali ke masa di mana laba yang besar dari aktivitas sekali waktu tidak ada.

Oleh karenanya laba dari aktivitas operasional adalah laba yang sesungguhnya.

Semakin tinggi prosentase nilai laba operasional dalam laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas dari nilai P/E yang dihasilkan.

Dengan demikian apabila ada kenaikan laba bersih yang besar, harus diperhatikan juga apakah diimbangi dengan kenaikan laba dari aktivitas operasional perusahaan.

 

Sejauh ini kita telah membahas perhitungan P/E saat perusahaan menghasilkan laba. Bagaimana bila perusahaan sedang merugi?

 

Nilai P/E Negatif

Ada kalanya pada suatu saat perusahaan tidak menghasilkan keuntungan alias merugi.

Tentu saja saat dilakukan perhitungan nilai P/E hasilnya akan menjadi negatif.

Kita tidak dapat menggunakan nilai P/E negatif sebagai acuan dalam menentukan murah atau mahalnya harga saham.

Untuk itu kita dapat melihat nilai historis saat perusahaan menghasilkan laba untuk menentukan nilai P/E.

Yang perlu diperhatikan dalam mengambil nilai laba historis adalah ekspektasi nilai laba yang dapat dihasilkan saat kondisi perusahaan berjalan normal kembali.

Apabila ada kondisi yang mempengaruhi keberlangsungan usaha perusahaan maka besar kemungkinan akan sulit mendapatkan nilai laba historis yang dahulu pernah dicapai.

Dalam kondisi ini tentunya anda akan menurunkan ekspektasi nilai laba yang berakibat semakin besarnya nilai P/E.

 

Apabila anda sudah mendapatkan nilai P/E sebuah saham, apakah cukup dihitung sekali saja atau perlu menyesuaikannya dari waktu ke waktu?

Untuk itu mari kita jawab pertanyaan berikut, apakah nilai P/E selalu tetap?

Tentu saja jawabannya tidak.

 

Nilai P/E Selalu Berubah

Mari kita lihat ketiga komponen yang digunakan dalam melakukan perhitungan P/E, yaitu laba bersih, jumlah saham beredar dan harga saham.

Biasanya kita akan menggunakan nilai laba bersih pada laporan keuangan terakhir sebagai acuan dalam perhitungan P/E.

Nilai yang diambil bukanlah EPS, melainkan laba bersih sebelum dibagi dengan jumlah saham beredar.

Hal ini dikarenakan jumlah saham beredar dapat berubah, diantaranya karena aksi korporasi seperti pemecahan atau penggabungan saham, penerbitan saham baru, maupun adanya pembagian saham bonus.

Oleh karenanya anda harus menggunakan nilai jumlah saham beredar terkini dalam perhitungan P/E.

Lalu bagaimana dengan komponen harga saham?

Seiring berjalannya waktu, agar relevan harga yang digunakan saat menghitung nilai P/E adalah harga saat ini.

Seharusnya nilai P/E selalu bergerak mengikuti nilai saham saat ini — karena kita akan mengukur apakah harga saat ini adalah harga yang wajar, murah atau mahal.

 

Hasil perhitungan P/E akan menghasilkan angka berapa kali lipat harga yang harus ditebus atas laba perusahaan per lembar saham apabila ingin memiliki saham perusahaan.

Bila dilihat, rata-rata P/E saham berada pada kisaran antara 10 kali sampai 30 kali. Ada juga beberapa yang di bawah 10 kali dan di atas 30 kali.

 

Apa Arti P/E 10 kali, 20 kali, 30 kali?

P/E 10 kali artinya imbal hasil yang akan didapatkan setara dengan modal yang diinvestasikan, dalam waktu 10 tahun — apabila laba perusahaan selalu tetap.

Begitu pula dengan P/E 20 kali, yang berarti imbal hasil yang didapatkan akan setara dengan modal yang diinvestasikan, dalam waktu yang lebih lama yaitu 20 tahun.

P/E 10 kali juga bisa diartikan sebagai nilai prosentase tingkat pengembalian per tahun adalah 1/10 atau 10 persen.

Begitu pula dengan P/E 20 kali yang artinya tingkat pengembalian per tahun adalah 1/20 atau 5 persen.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai P/E, akan semakin cepat perolehan laba yang setara dengan nilai investasi.

Dengan kata lain semakin kecil nilai P/E maka harga saham semakin murah, dan sebaliknya.

Tentunya anda akan mulai bertanya-tanya, berapakah nilai P/E yang masuk ke dalam kategori murah, sedang dan mahal?

Tidak ada jawaban yang pasti untuk ini. Nilainya kembali pada preferensi masing-masing investor dan kondisi perekonomian negara.

Secara garis besar carilah saham dengan tingkat pengembalian investasi di atas instrumen investasi lain dengan risiko kecil, seperti bunga deposito.

Tentunya semakin murah suatu saham akan membuat semakin banyak investor yang tertarik untuk membelinya, dan menyebabkan harganya akan naik.

Hal inilah yang terjadi saat pasar dalam kondisi bullish. Banyak investor yang percaya akan kondisi masa depan yang cerah, sehingga mereka kerap membeli dengan nilai tawar yang lebih tinggi, dan menyebabkan rata-rata nilai P/E mayoritas saham semakin tinggi.

Pada kondisi ini anda perlu berhati-hati, karena ada saatnya rata-rata harga sudah terlampau mahal dan terjadi koreksi pasar, dimana banyak investor menjual sahamnya.

Dan sebaliknya pada kondisi bearish, di mana banyak investor khawatir akan kondisi masa depan yang buruk dan tidak menentu, sehingga banyak yang melepas sahamnya dan enggan membeli saham, dan mengakibatkan rata-rata nilai P/E mayoritas saham semakin turun.

Pada kondisi inilah akan muncul banyak kesempatan untuk mendapatkan harga saham yang murah.

 

Dengan berbagai dinamika kondisi pasar dan berbagai nilai P/E dari setiap saham, apakah semakin kecil P/E semakin layak untuk dibeli — dan apakah semakin besar P/E semakin tidak layak untuk dibeli?

 

Risiko dan Pertumbuhan

Seiring bertambah banyaknya perusahaan yang anda analisa, akan muncul beberapa pertanyaan — perusahaan ini P/E-nya sudah rendah namun kenapa harganya tidak kunjung naik — perusahaan ini P/E-nya sudah tinggi sekali namun kenapa harganya tidak kunjung turun?

Seperti halnya rasio keuangan yang lain, P/E hanyalah satu indikator yang melengkapi analisa rasio lainnya.

P/E hanya menggambarkan seberapa murah atau mahal harga saham berdasarkan laba perusahaan.

Walaupun secara P/E suatu saham nilainya murah atau under value, bila perusahaannya buruk, besar kemungkinan ini merupakan investasi yang buruk.

Dua faktor utama yang biasanya menyebabkan investor enggan membeli saham walaupun harganya sudah murah — dan saham tetap dibeli walaupun harganya mahal adalah risiko dan pertumbuhan perusahaan.

Beberapa risiko yang dapat diperhatikan adalah keberlangsungan usaha, tingginya hutang, produk atau jasa yang sudah mulai ditinggalkan.

Hal tersebut menyebabkan laba perusahaan akan terus menyusut, sehingga lama-kelamaan nilai P/E akan semakin membesar.

Bila perusahaan merugi terus-menerus ataupun memiliki posisi kas negatif, akan menyebabkan perusahaan membutuhkan modal tambahan yang mengakibatkan prosentase kepemilikan investor terdilusi — hingga kemungkinan terburuk yaitu pailit.

Pada kondisi inilah bila pasar merespon sesuai dengan kondisi perusahaan, investor akan menjual sahamnya yang menyebabkan P/E kembali mengecil — dan tetap menjualnya walaupun harga saham sudah murah.

Dan sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi menyebabkan P/E 20 kali yang seharusnya baru menghasilkan pengembalian modal setelah 20 tahun — menjadi 10 tahun atau kurang karena setiap tahun laba perusahaan selalu meningkat.

Hal ini pula yang menyebabkan investor tetap membeli saham perusahaan walaupun harganya mahal.

 

Dengan demikian selain melihat P/E, anda harus memperhatikan faktor risiko dan pertumbuhan perusahaan dari saham yang ingin anda beli atau jual.

Setelah mengetahui seluk-beluk rasio P/E, tentunya kini anda dapat menakar apakah suatu saham mahal atau murah, dan tidak lagi membeli karena orang lain membeli, ataupun menjual karena orang lain menjual.

 

Nilai Tawar

Dalam kondisi pasar yang rasional, di mana tidak ada kecemasan maupun euforia berlebih, biasanya harga saham akan mengikuti pergerakan laba perusahaan.

Laba perusahaan yang dimaksud di sini adalah laba yang akan terjadi di masa datang.

Karena tidak dapat diketahui secara pasti nilai laba yang akan dicapai oleh perusahaan, maka pasar cenderung menggunakan nilai ekspektasi.

Bila ekspektasi pasar terhadap laba perusahaan di masa datang turun, maka harga saham pun akan turun, dan P/E mengecil.

Sebaliknya bila ekspektasi pasar terhadap laba perusahaan di masa datang naik, maka harga saham pun akan naik dan P/E membesar.

Nilai P/E yang dimaksud di sini, diukur dari posisi laba per saham pada laporan keuangan tahunan terakhir.

Walaupun keadaan di masa lalu belum tentu mencerminkan keadaan di masa yang akan datang, data historis laporan keuangan di masa lalu dapat dijadikan sebagai alat untuk melihat seberapa besar penurunan laba yang pernah terjadi saat perusahaan dalam tekanan (kontraksi) maupun pertumbuhan (ekspansi).

Dari data historis juga dapat diketahui bagaimana respon pasar terhadap kondisi perusahaan, dengan melihat nilai P/E dari waktu ke waktu.

Saat perusahaan dalam keadaan kontraksi ada yang nilai P/E nya cenderung tetap dan stabil, sebagian lagi mengecil.

Nilai P/E yang cenderung stabil menandakan pasar tetap percaya akan kemampuan perusahaan dalam mengatasi tantangan.

Nilai P/E yang mengecil menandakan pasar cenderung meninggalkan saham perusahaan saat berada dalam tantangan.

Hal yang sama juga dapat dilihat saat perusahaan dalam keadaan ekspansi.

Dari data historis yang sama dapat dilihat berapakah rata-rata P/E saham perusahaan dari tahun ke tahun, apakah 5, 10, 15 dst.

Dari sinilah dapat diperkirakan berapakah harga yang pantas untuk membeli atau menjual saham menurut kondisi perusahaan saat ini.

Akan jauh lebih mudah dalam membeli atau menjual saham, apabila anda memiliki target harga berdasarkan nilai P/E.

Anda dapat membeli saham-saham yang telah masuk ke dalam kisaran harga beli, dan menjual saham-saham yang masuk ke dalam kisaran harga jual yang anda tetapkan — dan selebihnya dapat anda abaikan.